Powered By Blogger

Senin, 19 April 2010

Lelang Kerajinan Asmat di Pasar Seni Ancol


Sebuah cawat khas Asmat tengah dilelang di Pasar Seni Taman Impian Jaya Ancol, Rabu (27/8). Cawat tersebut hanya terjual Rp50.000.

JAKARTA, RABU - Bila anda kolektor benda-benda seni atau penggagum karya seni, silahkan berkunjung ke Pasar Seni Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta. Karena mulai tanggal 27-28 Agustus di Pasar Seni, dilaksanakan lelang barang kerajinan hasil karya warga asli Kabupaten Asmat, Papua.

Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asmat, Simon Junumpit, lelang kerajinan tersebut bertujuan untuk mengenalkan dan melestarikan budaya asli warga Asmat. "Dengan begini kebudayaan warga Asmat akan dikenal oleh warga Indonesia yang lain. Sebab, yang namanya budaya itu harus terus dilakukan," kata Simon di Jakarta, Rabu (27/8).

Lebih jauh Simon menerangkan, selain pengenalan budaya Asmat kepada masyarakat ada satu misi lain yang diemban warga Asmat yang melakukan lelang di Pasar Seni Ancol. "Tidak hanya pengenalan budaya saja, sebab kita juga ingin menegaskan pada warga negara Indonesia yang lain, bahwa kami masih sebagai bagian dari NKRI," tambahnya.

Barang kerajinan hasil karya warga Asmat yang dilelang diantaranya, cawat, noken sebagai penutup dada yang terbuat dari bulu burung, penghias kepala yang terbuat dari kulit kuskus, gelang dan kalung dari anyaman rotan, ukiran dan patung yang dipahat dari kayu, serta alat musik yang dinamakan tifa.

"Semua barang yang dilelang ini dikerjakan di Kabupaten Asmat," ucap Simon. Pada hari ini, lelang sudah banyak menjual kerajinan hasil karya warga Asmat. Seperti salah ukiran kayu bermotif orang yang sedang bekerja berhasil terjual dengan harga Rp. 300 ribu, ataupun salah satu cawat yang ditebus oleh peserta lelang seharga Rp. 50 ribu.

"Untuk lelang kali ini sengaja kami buat lebih murah dibandingkan dengan lelang yang biasa kami lakukan di Papua. Karena kami tidak terlalu memikirkan keuntungan, tapi nilai persaudaraan dengan sesama warga negara Indonesia lebih penting nilainya," jelasnya.

Paguyuban Tionghoa: Gus Dur Layak Jadi Pahlawan

MEDAN, KOMPAS.com- Paguyuban Sosial Marga Tinghoa Indonesia (PSMTI) Sumut menilai KH Abdurrahman Wahid atau dikenal dengan sapaan Gus Dur layak diangkat menjadi pahlawan nasional, karena jasa yang diberikannya kepada bangsa Indonesia cukup besar.

"Gus Dur bapak bangsa yang menerapkan UUD 1945 dan Pancasila secara konsekuen dan menghargai hak asasi manusia," kata Dewan Penasehat PSWTI Sumatera Utara (Sumut), Sofyan Tan ketika diminta komentarnya di Medan, Kamis (31/12/2009).

Sofyan menilai, mantan Presiden keempat RI itu sebagai sosok luar bisa yang melakukan terobosan semasa menjabat menjadi orang nomor satu di Indonesia, seperti mencabut undang-undang tentang etnis tionghoa tidak bisa membuat kegiatan kebudayaan.

"Seperti kegiatan budaya barongsai dan perayaan Imlek. Inilah salah satu karya Gus Dur yang sangat besar sehingga membuat etnis tionghoa sejajar di dalam kehidupan budaya di Indonesia," ucapnya.

Ia menambahkan, Gus Dur juga telah melakukan perubahan yang sangat signifikan tentang hak setiap bangsa dan warga negara. Bukan hanya hak minoritas namun semua suku, agama dan ras. "Gus Dur tokoh yang sangat sulit ditemukan dalam satu abad," katanya.

Ketua Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama (NU) Sumut, Azhari Tambunan, mengatakan, pemerintah diharapkan memberi penghargaan dengan mengangkat Gus Dur sebagai pahlawan nasional. "Ini merupakan harapan kader dan pengurus organisasi, menurut kami Gus Dur layak diangkat menjadi pahlawan nasional," katanya.

Gus Dur di Mata Seniman dan Budayawan


Jumat, 1 Januari 2010 | 19:53 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com - Seniman dan budayawan pun merasa kehilangan dengan wafatnya KH. Abdurrahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur, sang Presiden RI ke-4 pada Rabu (30/12) malam lalu.

Pasalnya, ketokohan Gus Dur sebagai anak bangsa mampu memberikan pencerahan dalam pelbagai perspektif kehidupan, termasuk kebudayaan. Realitas itulah yang membuat seniman dan budayawan amat terkesan dengan eksitensial sang guru bangsa tersebut.

"Saya kali pertama bertemu Gus Dur saat dia menjadi Ketua Dewan Kesenian Jakarta, tahun 1980-an. Waktu itu dalam perhelatan pembacaan puisi bertajuk Perlawanan Afganistan melawan Soviet, Gus Dur dalam pidatonya yang provokatif mengisahkan tentang keindahan patung-patung kuda maha karya seniman Afganistan yang dihancurkan oleh Taliban. Padahal, patung-patung itu sangat monumental dan menjadi keindahan Afganistan," kata Akhudiat, budayawan arek Suroboyo kepada Kompas.

Gur Dur di mata Cak Diat, sapaan Akhudiat, adalah sosok yang mencari sudut pandang lain yang tidak umum alias kontroversial, misalnya, dalam memahami ungkapan salam Assalamamualaikum dalam perspektif kebudayaan yang tidak berbeda dengan selamat pagi atau good morning.

"Gus Dur sangat mengusai betul sosiologi budaya. Semua hal bisa dilihat dari sudut pandang yang lain. Saking kreatifnya pandangannya tidak umum, namun ada kebenaran dari sudut pandang yang lain," katanya.

Dikatakan, semasa Orde Baru (Rezim Soeharto-red), kebenaran monopoli penguasa. Ada pun Gus Dur menjungkirbalikkannya dengan pandangan, bahwa kebenaran tidak bisa dimonopoli, karena ada keberanaran yang lain. Gus Dur memperbaharui cara berpikir pada umumnya dengan cara berpikir yang lain, karena kebenaran multak milik Tuhan. "Gus Dur mendorong kita berpikir kreatif dan tidak mengulang-ulang. Berpikir kreatif jangan sampai macet," kata Cak Diat.

Akhudiat menyatakan, bahwa kita senang memamahbiak dan itu pekerjaan sapi, bukan manusia. Kita harus menghindari berpikir mamahbiak., akan tetapi rupanya kita senang berpikir memamahbiak.

"Saya kira generasi penerus pemikiran Gus Dur ada pada Ulil Absar Abdallah (salah seorang generasi muda NU-red), walaupun dalam bentuk pikiran yang lain," katanya.

Cak Diat berkisah, setiap kali seorang tokoh meninggal dunia, saat itupula dirinya seolah dibisiki oleh almarhum . Mbah Surip meningggal dunia, dia ngomong ojo ngoyoh. Rendra meninggal dunia, dia ngomong tidak ada ratu adil, yang ada keadilan hukum. Gobloh meninggal dunia, dia ngomong harus disiplin, jangan seperti tidak disiplin seperti saya. Frans Seda meninggal dunia, dia ngomong jangan korupsi.

"Bambang Sujiyono meninggal dunia, dia ngomong lawanlah segala macam belenggu. RM Yunani meninggal dunia, dia ngomong, urip sak madio saja," ujar Cak Diat yang diiringi tawa renyah.

Ketua Aliansi Seni Surabaya Solichin Jabbar secara terpisah mengatakan, pikiran-pikiran Gus Dur sebagai negarawan telah memengubah dan menempatkan demokrasi yang berorientasi kepada kemanusiaan, bukan kepada kepentingan politik.

"Sikapnya sebagai sosok budayawan bisa menangkap perkembangan perilaku pemimpin yang menara gading, tapi menjadi mercusuar yang memberikan cahaya terang kepada peradaban budaya, karena pemimpin kita t idak paham budaya politik," katanya.

Pemimpin Komunitas Ludruk Irama Budaya Mojokerto Eko Edi Karya Susanto mengatakan, seniman tradisi amat kehilangan dengan meninggalnya Gus Dur sebagai kyai sekaligus budayawan. "Sebagai seniman tradisi saya sangat kagum dengan keterbukaan Gus Dur yang ceplas-ceplos, apik-elek dilontarkan," katanya.

Edi Karya mengaku terkesan dengan ketokohan Gus Dur sebagai bapak bangsa (Presiden-red) yang tidak membedakan kelas penguasa dengan wong cilik. "Saya menangkap kesan dari G us Dur untuk tidak ada perbedaan antara para penguasa dengan wong cilik," ujarnya.

Menemu Eksodan Aceh di Bukit Kapur Selatan Jawa

KOMPAS IMAGES/FIKRIA HIDAYAT
Tukiyem (80) bersama temannya Poniyem (80) berada di rumah di Dusun Puring, Paranggupito, Wonogiri, Jawa Tengah, Jumat (1/5). Tukiyem adalah salah satu dari 10 orang eksodan yang terusir dari Aceh saat konflik GAM dan pulang ke dusun asal yang tandus di perbukitan kapur di wilayah pesisir selatan Jawa Tengah. Dia harus kembali ke dusun yang selalu dilanda kekeringan setelah menjadi transmigrasi di Aceh selama 16 tahun lamanya.
Sabtu, 2 Mei 2009 | 07:42 WIB

KOMPAS.com- MEMASUKI hari ke enam, tim Ekspedisi Susur Selatan Jawa 2009 Harian Kompas, Jumat (5/1) kemarin, berada di Jawa Tengah, tepatnya di Kabupaten Wonogiri. Penyusuran dimulai melalui daerah perbatasan yaitu di Kecamatan Paranggupito, Wonogiri..

Kecamatan ini berada di pegunungan kapur yang tandus di sekitar laut selatan Jawa. Tim menyusuri Dusun Puring di Desa Kerayaan yang selalu dilanda kekeringan. Saat musim penghujan warga dusun ini mengandalkan sumur dan telaga penampungan air. Namun memasuki musim kemarau penampungan kering dan warga terpaksa membeli air bersih untuk kebutuhan keseharian.

"Kalau kemarau kita harus membeli air, satu tangki biasanya Rp 50.000 sampai Rp 100.000 tergantung jarak tempuh," terang Kepala Desa Kerayaan, Waluyo.

Tim juga mendapati warga yang ternyata eksodan atau pengungsi Aceh yang merupakan para transmigran dari dusun setempat. Konflik GAM memaksa mereka mengungsi dan pada tahun 2005 kembali ke dusun mereka yang kering.

"Kita diusir dari Aceh, dan apa boleh buat kembali ke kampung halaman ini (Puring). Saya dan suami serta tiga anak tidak punya apa-apa saat pulang," ungkap Tukiyem (80) kepada Kompas.com yang menemui mereka di rumahnya.

Dia menceritakan, saat kembali ke dusun dia tinggal di kandang kambing. Tidak punya harta atau tanah untuk tinggal. Beruntung salah seorang saudara memberi tanah dan membangun rumah sangat sederhana untuk Tukiyem dan keluarga.

Dia harus memulai dari nol untuk menopang hidup di tanah kelahiran di selatan Jawa yang kering. Rumah sederhana dengan dinding bambu dan lantai tanah, didiami dengan mencukupi kebutuhan makan dari hasil kebun seperti singkong dan jagung.

Menurut Kepala Desa Kedayaan, Sriyanto, di Dusun Puring terdapat 10 orang eksodan Aceh. Mereka semua asli warga dusun.

Budaya agraris

Meskipun dusun berada di kawasan pinggir selatan Jawa yang memiliki kekayaan laut terhampar di Samudera Hindia, tidak ada budaya melaut. Kalau pun ada, segelintir budaya tersebut dibawa oleh orang luar seperti dari Madura dan Banyuwangi.

Kondisi tersebut tidak lepas dari budaya agraris yang telah melekat erat sejak lama dan tidak lepas dari mitologi laut selatan. "Warga di sini masih erat dengan kepercayaan keberadaan Nyi Roro Kidul. Banyak yang lelaku (ritual) di laut," terang Sriyanto.

Memang, selain ombak laut selatan yang ganas dan ditakuti oleh warga, mereka juga dihadapkan pada mitologi tersebut. Sehingga, warga hanya mengandalkan hasil kebun di tanah yang tandus, yaitu singkong, jagung, kacang tanah dan kelapa.

Padahal, potensi perikanan dan kelautan sangat melimpah ruah, apalagi kelak didukung dengan pembangunan jalur lintas selatan Jawa.

KOMPAS.com Fikria Hidayat

Yuk, Belajar ke "Amrik"!

shutterstock
Disadari, kehadiran mahasiswa asing akan memperkaya budaya dan intelektual kampus-kampus di AS sekaligus meningkatkan saling pengertian antara warga AS dan para pendatang.
Rabu, 29 April 2009 | 08:47 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pada November 2004, Konselor Penerangan dan Kebudayaan Amerika Serikat, Charles N Silver, pernah melayangkan tulisan ke Harian Kompas. Isinya, Pemerintah AS berharap jumlah pelajar Indonesia yang kuliah di sana semakin banyak.

Disadari, kehadiran mahasiswa asing akan memperkaya budaya dan intelektual kampus-kampus di AS sekaligus meningkatkan saling pengertian antara warga AS dan para pendatang.

Menurut Institute of International Education (IIE)—organisasi independen non-profit untuk pertukaran mahasiswa dan bermarkas di New York—jumlah mahasiswa asing di AS meningkat pesat, dari sekitar 34.000 (tahun 1954-1955) menjadi hampir 600.000 (2002-2003). Peningkatan jumlah mahasiswa ini juga disebabkan banyaknya lembaga pendidikan dan universitas bertaraf internasional di AS.

Untuk mendukung keinginan itu, AS berusaha mempermudah dan mempercepat proses pemberian visa belajar. Program baru Student and Exchange Visitor Information System (SEVIS) secara elektronik menghubungkan proses penerimaan mahasiswa di akademi dan universitas dengan kantor- kantor konsuler AS di seluruh dunia. Dengan demikian, kelancaran arus informasi untuk penerimaan mahasiswa terjamin.

Pihak Kedubes dan Konsulat AS juga mengatur agar semua proses pemohon visa pelajar bisa dipercepat dan segera diwawancara. Dengan cara ini, diharapkan para mahasiswa asing bisa tiba di AS tepat waktu.

Misi Hillary Clinton

Harapan bagus Charles N Silver itu sudah lima tahun berlalu. Namun, agaknya gaungnya kurang menggema. Kunjungan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton ke Indonesia beberapa waktu lalu, selain terkait masalah politik, juga ingin mendorong Indonesia lebih banyak berperan di bidang kesehatan, lingkungan, dan pendidikan.

Kini, jumlah mahasiswa Indonesia di AS sekitar 7.400 orang. Dalam lima tahun ke depan, Pemerintah AS berharap jumlah itu bisa dinaikkan dua kali lipat, menjadi sekitar 15.000 orang.

Pertanyaannya kini, mungkinkah harapan itu terwujud? Mungkinkah Pemerintah AS dan perwakilannya menangani sendiri?

Tidak mungkin. Mau tidak mau, kedubes dan konsulat harus memanfaatkan agen-agen pendidikan yang ada. Jumlah agen pendidikan itu tidak perlu banyak dan harus dipilih yang berkualitas.

Pemilihan agen ini dimaksudkan agar penanganan bisa lebih fokus dan menjamin calon mahasiswa sampai ke tempat tujuan. Dengan demikian, berbagai kegiatan yang tidak bertanggung jawab dan memberi informasi yang tidak tepat bisa dihindari.

”Akan lebih baik bila agen-agen yang dipilih itu sudah memiliki hubungan dengan sejumlah universitas atau community college di AS,” kata Leo Harten, Recruitment Coordinator International Program, Green River Community College (GRCC).

Dampak Ekonomis

Kehadiran para mahasiswa asing ke AS untuk belajar, disadari atau tidak, tentu akan memiliki dampak ekonomis. Apalagi bila jumlah mahasiswa itu diharapkan meningkat pada tahun-tahun mendatang. Dampak ekonomisnya tentu akan lebih signifikan.

Bisa dibayangkan, bila uang sekolah tiap mahasiswa itu rata-rata 10.000 dollar AS per tahun kali 7.400 mahasiswa, berapa besar dampak ekonomis yang dihasilkan. Padahal, selain uang sekolah, para mahasiswa juga memerlukan tempat tinggal yang harus disewa, kendaraan, shopping, dan lain-lain.

Selain memberikan dampak ekonomis, kehadiran mahasiswa asing juga memberikan dampak kultural. Terjadinya saling tukar budaya antara warga AS dan pendatang dengan latar belakang berbeda mau tidak mau pasti akan memperkaya budaya semua pihak.

Kini, salah satu community college di Pantai Barat AS yang giat dan gigih mencari mahasiswa asing adalah GRCC. Dari total sekitar 10.000 mahasiswa GRCC, 1.000 di antaranya datang dari 30 negara lebih. Hal serupa juga terjadi di De Anza dan Foothill Community College.

Maka, tidak mengherankan bila jumlah mahasiswa asing di perguruan tinggi di Seattle ini juga paling banyak. Begitu pula De Anza dan Foothill Community College.

Dikabarkan, dalam waktu dekat, Michael McIntyre, Vice President GRCC untuk urusan politik, akan menuju Washington DC menemui para senator. Diharapkan, keinginan untuk menambah jumlah mahasiswa asing belajar di AS itu segera menjadi putusan politik disertai perbaikan-perbaikan dalam penanganan dan persiapannya.

Kejujuran dan kehormatan

Kejujuran dan kehormatan

Para alumnus dari sekolah-sekolah tinggi di Inggris menyebutkan plagiarisme mengganggu kehormatan. Tanpa kehormatan tidak ada kepercayaan.

Di Amerika Serikat, plagiarisme adalah musuh nomor satu pendidikan. Kalau ada mahasiswa terbunuh di kampus, seluruh warga kampus terentak. Namun, begitu seorang dosen ketahuan melakukan plagiarisme, seluruh isi kota berduka. Pelakunya dihukum sangat keras bukan hanya untuk menindak yang bersangkutan, melainkan untuk menimbulkan efek jera bagi masyarakat luas untuk tidak mengikuti perbuatan tercela itu.

Bagi sebagian orang, plagiarisme adalah masalah kecil, tetapi bagi ilmu pengetahuan ia merupakan masalah yang sangat serius karena bisa memajalkan kemajuan bangsa. Tradisi plagiarisme adalah sama dengan tradisi mencuri, yang mengakibatkan suatu bangsa menjadi malas berpikir, tidak menciptakan pembaruan, tidak menghargai originalitas dan kreativitas, dan akhirnya melumpuhkan daya saing bangsa itu sendiri.

Karena bukan sekadar mengganti judul dan nama pengarang, sesungguhnya plagiat sulit dibuktikan selain orang yang karyanya dijiplak orang lain. Dalam seleksi pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi yang lalu, misalnya, salah seorang kandidat dilaporkan telah melakukan plagiat.

Pelapor datang dengan setumpuk barang bukti, tetapi panitia seleksi yang terdiri atas sejumlah akademisi kesulitan menemukannya. Klarifikasi yang diajukan kepada universitas yang bersangkutan telah dijawab oleh rektor dengan surat yang menyatakan ”yang bersangkutan telah memperbaiki tesisnya”. Sementara orang yang karyanya disebut telah dijiplak tidak bereaksi sama sekali. Banyak orang berpikir, dengan menyebut nama sumber, selesailah sudah semua urusan. Tak banyak orang yang tahu plagiat lebih dari sekadar mengutip tanpa menyebutkan sumber atau meminta izin dari yang bersangkutan.

Saya juga pernah didatangi beberapa orang dosen yang meminta izin menggunakan buku saya untuk dijadikan diktat di kampusnya. Ia merasa dengan meminta izin ia sudah bertanggung jawab. Semua ini menunjukkan kampus-kampus perlu mengajarkan kembali para pengajarnya tentang makna plagiat secara komprehensif, menumbuhkan rasa percaya diri, dan mendorong dosen-dosennya berlatih menulis. Perlu digarisbawahi dengan berpengetahuan (cerdas) saja, seseorang belum cukup mampu

Orang Pintar Plagiat

Oleh Rhenald Kasali

Lebih baik mengawali karier dengan karya original yang buruk daripada plagiat kesempurnaan karena setiap permulaan selalu sulit.
-- Rheinald Kasali

KOMPAS.com - Maraknya plagiarisme yang dilakukan orang-orang pintar di negeri ini menimbulkan keprihatinan yang besar di kalangan pendidik. Masalahnya, itu justru dilakukan para pendidik yang harus memberi contoh dan sehari-hari melarang anak-anak didiknya mengopi, mengganti nama, memanipulasi, atau sekadar mengutip tanpa menyebut sumber.

Lebih mengkhawatirkan lagi ternyata plagiarisme yang dilakukan bukan sekadar mengutip tanpa menyebutkan sumber aslinya (yang sering disebut sebagai ”ketidaksengajaan”), melainkan pemalsuan 99 persen dengan hanya mengganti judul dan nama penulis dari karya orang lain.

Karya ilmiah adalah cermin keilmuwanan seseorang. Lebih baik mengawali karier dengan karya original yang buruk daripada plagiat kesempurnaan karena setiap permulaan selalu sulit. Seorang pendidik harus percaya diri dengan kemampuannya dan tidak boleh malas berpikir. Kedua hal itulah titik awal yang menjadikan pendidik bermanfaat bagi dunia. Menulis, seperti kata Thomas Szaz, butuh lebih dari sekadar pengetahuan, yaitu keterampilan dan mencintai profesi.

Ilmu Budaya Dasar

Bag. 2

MANUSIA DAN KEADILAN

Kriteria keadilan sangat beragam.

Tidak ada satu pun kriteria baku yang sifatnya universal yang dapat menjelaskan konsep keadilan. Bagi kaum Sophis yang oportunis keadilan sangat subjektif. Bagi Socrates, Plato, dan Aristoteles keadilan mengacu kepada kepentingan orang banyak. Sedangkan bagi Aquinas yang berpandangan finalistik, keadilan adalah pemberian hak kepada setiap orang sesuai dengan kewajibannya.

Akan halnya Machiavelli yang berpandangan naturalistik, maka keadilan akan terwujud apabila keinginan-keinginan pribadi juga terwujud dan untuk mewujudkannya diperlukan kekuasaan karena dengan kekuasaan, ambisi pribadi akan tercapai.

Sedangkan bagi Hobes yang materialistis, yang mengukur segala sesuatu dengan materi, keadilan akan tercipta apabila ada aturan yang mengatur perilaku manusia karena tanpa aturan yang dibuat manusia akan saling membinasakan.

Dari pandangan di atas, ada benang merah yang dapat ditarik bahwa pada hakikatnya keadilan selalu mengacu kepada (adanya keseimbangan antara) hak dan kewajiban.

Meskipun tidak secara gamblang dinyatakan mengenai kewajiban-kewajiban itu tetapi apabila berbicara mengenai hak, maka secara implisit tersirat adanya kewajiban meskipun hak dan kewajiban itu sendiri juga sangat subjektif sifatnya.


MANUSIA DAN HARAPAN

Ada hubungan antara keadilan dan harapan yaitu bahwa keadilan memberikan harapan, yaitu adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam hidup sehari-hari.

Lalu bagaimana harapan dapat diwujudkan? Hal ini perlu konsensus dan komitmen dari semua orang.

Harapan adalah keinginan dalam mewujudkan cita-cita kita.

Keinginan untuk memenuhi semua kebutuhan manusia yang monopluralis dan kebutuhan itu tertuang dalam moralitas Pancasila (lihat P4).

Jadi sesungguhnya, Pancasila adalah harapan (bangsa Indonesia) untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya.

Untuk mewujudkan harapan ini, peran pemimpin sangat penting.

Pemimpin harus menjadi patron, menjadi teladan, menjadi contoh rakyatnya.

Karena semua tindakannya itu menjadi sorotan rakyat, maka segala perilaku dan tindakannya itu harus dilandasi dengan nilai-nilai moral, dalam hal ini moralitas Pancasila.

Tujuan dari upaya-upaya dalam mewujudkan harapan seluruh rakyat bangsa Indonesia sesungguhnya adalah terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.


PANDANGAN HIDUP

Kesadaran pada hakikatnya akan selalu melibatkan akal manusia.

Dengan kesadaran, manusia dapat memahami semua perilaku dan tindakannya.

Hanya saja untuk selalu bertindak dan berperilaku baik, manusia harus memiliki tidak saja kesadaran semata tetapi lebih dari itu adalah kesadaran moral.

Atas dasar kesadaran moral itulah manusia dapat memilih tindakan yang baik atau buruk.

Dengan kesadaran moral ini manusia akan merasa wajib untuk berbuat baik tanpa paksaan dan tekanan dari pihak mana pun juga.

Semua didasarkan atas keputusan hati nuraninya sendiri.

Di sini, perbuatan baik manusia itu bersifat ‘imperatif kategoris’.

Manusia berbuat baik karena memang sudah seharusnya ia berbuat baik dan apabila ia tidak berbuat baik itu merupakan suatu pelanggaran moral.

Unsur-unsur kesadaran moral (moral conscience) itu ada tiga, yaitu 1) kewajiban, 2) rasional, dan 3) kebebasan.

Kesadaran moral memang hanya dimiliki oleh manusia yang berakal, mempunyai perasaan, dan memiliki kehendak yang bebas (otonomi) untuk selalu mewujudkan perbuatan baik semata.

Sedangkan moralitas seseorang itu dapat digolongkan ke dalam tiga tingkatan, yaitu 1) Instinctive morality level pada level ini moralitas seseorang berada pada tingkatan terendah yang sifatnya naluriah/hewani, 2) Customary morality level, di sini, moralitas seseorang didasarkan kepada adat kebiasaan atau adat istiadat suatu masyarakat, dan 3) Conscience morality level, ini adalah kesadaran moral yang dalam realisasinya selalu bergerak di atas kaidah-kaidah moral.

Bahwa manusia berbuat baik itu karena memang sudah merupakan kewajiban dan apabila tidak, maka ia telah melanggar norma-norma moral yang berlaku.

Kebajikan artinya kebaikan.

Berbuat kebajikan artinya berbuat kebaikan.

Manifestasi dari perbuatan baik adalah melakukan perbuatan-perbuatan baik yang dilandasi dengan kesadaran moral.

Dengan demikian kita akan selalu merasa wajib melakukan perbuatan baik.

Apabila kita tidak melakukan perbuatan baik maka kita merasa bahwa itu merupakan suatu kesalahan.

Perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan itu tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang ada dan berlaku (norma moral, norma hukum, dan norma agama).

Hakikat kodrat manusia itu adalah 1) sebagai individu yang berdiri sendiri (yang memiliki cipta, rasa, dan karsa), 2) sebagai makhluk sosial yang terikat kepada lingkungannya (lingkungan sosial dan alam lingkungannya), dan 3) sebagai makhluk ciptaan Tuhan.

Perbuatan-perbuatan baik manusia haruslah sejalan, sesuai dengan hakikat kodratnya itu.

Norma-norma yang dihadapi manusia itu ada yang bercorak moral yaitu kewajiban moral, dan nilai moral (deontic judgements, dan areatic judgements), dan ada yang bercorak bukan moral (nilai yang nonmoral) yang sifatnya teknis belaka dan tidak mengandung pertimbangan-pertimbangan penilaian.

Norma-norma moral juga ada yang bersifat evaluatif, artinya norma-norma itu berlaku dan dianggap baik bagi komunitas tertentu pada waktu tertentu, tetapi pada suatu saat dapat saja berubah, tidak lagi dapat diberlakukan karena mungkin sudah dianggap tidak baik lagi, atau norma-norma itu dapat berlaku baik bagi komunitas tertentu, tetapi belum tentu baik bagi komunitas lain.

Sebagai catatan, selain kebaikan yang sejati ternyata ada juga kebaikan semu.

Kebaikan semu ini suatu perbuatan baik yang dilakukan seseorang tetapi untuk memperoleh imbalan, baik imbalan yang berupa materi maupun yang nonmateri.

Pada hakikatnya, pengabdian adalah perwujudan dari rasa dan sikap setia untuk melayani dengan penuh hormat, percaya, tulus, dan ikhlas.

Pengabdian mencakup beberapa hal, antara lain 1) pengabdian kepada kebaikan (itu sendiri), 2) pengabdian kepada keluarga, 3) pengabdian kepada masyarakat, 4) pengabdian kepada negara dan bangsa, 5) pengabdian kepada Tuhan atau agama.

Ungkapan “Manunggaling kawula Gusti” sesungguhnya mengandung beberapa makna yang sesuai dengan makna pengabdian, antara lain kesesuaian antara sifat-sifat (baik) Tuhan dengan perilaku dan tindakan manusia perilaku dan tindakan manusia sesuai dengan sifat-sifat baik Tuhan.

Ungkapan itu juga mengandung makna bahwa manusia haruslah memelihara alam tempat mereka tinggal


SIKAP HIDUP

Cita-cita dan pengorbanan bagaikan mata uang dengan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan.

Cita-cita dan pengorbanan meliputi beberapa hal, antara lain (a) cita-cita (dan pengorbanan) atas (egoisme) diri, (b) cita-cita (dan pengorbanan) terhadap keluarga, (c) cita-cita (dan pengorbanan) terhadap masyarakat, bangsa, dan negara, serta (d) cita-cita (dan pengorbanan) terhadap agama (Tuhan).

Ungkapan ‘sepi ing pamrih, rame ing gawe’ selain menggambarkan sikap pantang putus asa dalam berusaha, dalam mengejar cita-cita, hal itu juga meggambarkan keikhlasan kita dalam memperoleh imbalan atau reward sesuai dengan usaha yang kita kerjakan.

Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan keberadaannya.

Berbicara hak, berarti berbicara mengenai kewajiban, dan sebaliknya.

Di dalam hak terkandung kewajiban.

Sebaliknya, di dalam kewajiban terkandung pula hak, dan inilah yang dinamakan keadilan.

Keadilan yaitu pelaksanaan hak dan kewajiban secara seimbang dalam kehidupan sehari-hari.

Seseorang dengan kesadaran moral yang tinggi akan melaksanakan kewajibannya terlebih dahulu daripada menuntut haknya.

Menurut von Magnis, kewajiban merupakan perasaan wajib untuk melaksanakan tindakan bermoral.

Ini sesuai dengan pendapat Kant yang menyatakan bahwa kewajiban itu bersifat imperatif kategoris.

Kewajiban bersifat objektif universal, artinya berlaku tetap dan bagi siapa saja serta tidak terikat ruang dan waktu.

Selain itu,kewajiban bersifat rasional atau masuk akal.

Dalam kerangka hak dan kewajiban, manusia diberi otoritas penuh untuk memilih dan menentukan pilihan sesuai dengan kehendaknya.

Tetapi harus diingat bahwa setiap pilihannya akan dikenai penilaian moral yang konsekuensinya akan terkena sanksi moral, hukum (positif), dan agama (hukum Tuhan).

Sesuai dengan sifat kodratnya sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial, manusia diberi otoritas untuk menentukan pilihan.

Kebebasan dan tanggung jawab adalah salah satu ‘alat uji’ dari kewenangan dalam memilih yang dimiliki manusia.

Pada akhirnya, kebebasan selalu diikuti oleh tanggung jawab sebagai konsekuensi moral yang harus ditanggung.

Manusia memang bebas untuk memilih, hanya saja pilihan itu tetap di dalam kerangka etik (etika pribadi, etika sosial, dan etika theistic) yang ada dan berlaku.

Sumber Buku Ilmu Budaya Dasar Karya Yulia Budiwati dkk

Ilmu Budaya Dasar


Ilmu Pengetahuan dan Perkembangannya

Ilmu pengetahuan tercipta karena adanya kebutuhan manusia untuk menguasai alam semesta dalam rangka mempertahankan kehidupannya.

Sesuai dengan perkembangan kebutuhan manusia, ilmu pengetahuan pun berkembang dengan sangat pesatnya.

Ilmu pengetahuan tidak selalu membuat manusia menjadi lebih beradab dan mencapai kesempurnaan hidup, tetapi ilmu pengetahuan juga dapat menjadi bencana bagi manusia dan lingkungannya jika dikelola oleh manusia yang tidak memiliki moral kemanusiaan.

Meskipun secara umum ilmu pengetahuan lebih banyak manfaatnya bagi kehidupanmanusia, tetapi perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri bukannya tanpa kritik.

Kalangan postmodernisme mengkritik ilmu pengetahuan modern yang dianggap mereka telah gagal membentuk kepribadian manusia secara utuh. Ilmu pengetahuan modern pada sisi lain telah membuat pribadi manusia terpecah-belah oleh kepentingankepentingan bisnis, sehingga manusia tidak lagi memiliki jiwa yang independen.


ILMU PENGETAHUAN DAN KITA

Ilmu pengetahuan berkembang karena ada kebutuhan manusia untuk dapat mempertahankan diri. Untuk dapat bertahan, manusia harus dapat menguasai alam semesta. Penguasaan terhadap alam semesta itu dilakukan dengan tidak merusak tatanan alam itu sendiri. Kerusakan terhadap tatanan alam akan berdampak pada kehidupan umat manusia. Agar penguasaan alam semesta tidak bertampak pada perusakan, maka penguasaan terhadap ilmu pengetahuan perlu dibaringi dengan norma dan etika.

Ilmuwan harus mempunyai norma dan etika. Tanpa norma dan etika, ilmu pengetahuan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi keserakahan orang-orang tertentu yang lebih kuat Tujuan ilmu pengetahuan adalah untuk menciptakan kesejahteraan umat manusia dengan tetap mempertimbangan harmoni antara kehidupan umat manusia dan alam sekitarnya.


HAKIKAT MANUSIA

Berbicara tentang manusia maka satu pertanyaan klasik yang sampai saat ini belum memperoleh jawaban yang memuaskan adalah pertanyaan tentang siapakah manusia itu. Banyak teori telah dikemukakan, di antaranya adalah pemikiran dari aliran materialisme, idealisme, realisme klasik, dan teologis.

Aliran materialisme mempunyai pemikiran bahwa materi atau zat merupakan satu-satunya kenyataan dan semua peristiwa terjadi karena proses material ini, sementara manusia juga dianggap juga ditentukan oleh proses-proses material ini.

Sedangkan aliran idealisme beranggapan bahwa jiwa adalah kenyataan yang sebenarnya. Manusia lebih dipandang sebagai makhluk kejiwaan/kerohanian. Aliran realisme klasik beranggapan bahwa jiwa adalah kenyataan yang sebenarnya. Manusia lebih dipandang sebagai makhluk kejiwaan/kerohanian, dan aliran teologis membedakan manusia dari makhluk lain karena hubungannya dengan Tuhan.

Di samping itu, beberapa ahli telah berusaha merekonstruksikan kedudukan manusia di antara makhluk lainnya. Juga berusaha membandingkan manusia dengan makhluk lainnya. Dari hasil perbandingan tersebut ditemukan bahwa semua makhluk mempunyai dorongan yang bersifat naluriah yang termuat dalam gen mereka. Sementara yang membedakan manusia dari makhluk lainnya adalah kemampuan manusia dalam hal pengetahuan dan perasaan. Pengetahuan manusia jauh lebih berkembang daripada pengetahuan makhluk lainnya, sementara melalui perasaan manusia mengembangkan eksistensi kemanusiaannya.


HAKIKAT KEBUDAYAAN

Kebudayaan sering kali dipahami dengan pengertian yang tidak tepat. Beberapa ahli ilmu sosial telah berusaha merumuskan berbagai definisi tentang kebudayaan dalam rangka memberikan pengertian yang benar tentang apa yang dimaksud dengan kebudayaan tersebut.

Akan tetapi ternyata definisi-definisi tersebut tetap saja kurang memuaskan. Terdapat dua aliran pemikiran yang berusaha memberikan kerangka bagi pemahaman tentang pengertian kebudayaan ini, yaitu aliran ideasional dan aliran behaviorisme/materialisme. Dari berbagai definisi yang telah dibuat tersebut, Koentjaraningrat berusaha merangkum pengertian kebudayaan dalam tiga wujudnya, yaitu kebudayaan sebagai wujud cultural system, social system, dan artifact.

Kebudayaan sendiri disusun atas beberapa komponen yaitu komponen yang bersifat kognitif, normatif, dan material. Dalam memandang kebudayaan, orang sering kali terjebak dalam sifat chauvinisme yaitu membanggakan kebudayaannya sendiri dan menganggap rendah kebudayaan lain. Seharusnya dalam memahami kebudayaan kita berpegangan pada sifat-sifat kebudayaan yang variatif, relatif, universal, dan counterculture.


MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

Antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat, sebagaimana yang diungkapkan oleh Dick Hartoko bahwa manusia menjadi manusia merupakan kebudayaan.

Hampir semua tindakan manusia itu merupakan kebudayaan. Hanya tindakan yang sifatnya naluriah saja yang bukan merupakan kebudayaan, tetapi tindakan demikian prosentasenya sangat kecil. Tindakan yang berupa kebudayaan tersebut dibiasakan dengan cara belajar. Terdapat beberapa proses belajar kebudayaan yaitu proses internalisasi, sosialisasi dan enkulturasi.

Selanjutnya hubungan antara manusia dengan kebudayaan juga dapat dilihat dari kedudukan manusia tersebut terhadap kebudayaan. Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan yaitu sebagai 1) penganut kebudayaan, 2) pembawa kebudayaan, 3) manipulator kebudayaan, dan 4) pencipta kebudayaan.

Pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia dihadapkan pada persoalan yang meminta pemecahan dan penyelesaian. Dalam rangka survive maka manusia harus mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya sehingga manusia melakukan berbagai cara.

Hal yang dilakukan oleh manusia inilah kebudayaan. Kebudayaan yang digunakan manusia dalam menyelesaikan masalah-masalahnya bisa kita sebut sebagai way of life, yang digunakan individu sebagai pedoman dalam bertingkah laku.


PENGERTIAN KASIH SAYANG, CINTA KEMESRAAN DAN PEMUJAAN

Kasih sayang, dan cinta merupakan milik semua orang. Manifestasi dari kasih sayang dan cinta dapat menciptakan lingkungan yang tenteram. Karena setiap individu menyadari makna yang paling hakiki dari rasa kasih sayang dan cinta. Dengan kasih sayang kita akan selalu menghargai karya orang lain.

Dengan cinta kita selalu menjaga lingkungan yang harmonis. Lingkungan yang harmonis berarti lingkungan yang berimbang dan jauh dari perusakan. Kemesraan merupakan perwujudan kasih sayang yang mendalam. Kemesraan dapat menimbulkan daya kreativitas manusia, yang berwujud bentuk seni. Bentuk seni dapat berbentuk seni rupa, seni pahat, seni sastra, seni suara. Pemujaan merupakan perwujudan cinta manusia kepada Tuhan. Kecintaan kepada Tuhan ini oleh manusia di antaranya diwujudkan dalam bentuk-bentuk pemujaan atau yang lebih kita kenal sebagai tempat beribadah.


MANUSIA DAN KEINDAHAN

Merenung artinya secara diam-diam memikirkan sesuatu hal kejadian dengan mendalam. Renungan adalah pembicaraan diri kita sendiri atau pembicaraan dalam hati kita tentang suatu hal.

Setiap kegiatan untuk merenungkan atau mengevaluasi pengetahuan yang telah dimiliki disebut dengan berfilsafat. Jadi berfilsafat adalah terjadinya proses pembicaraan, evaluasi dengan hati kita sendiri mengenai suatu peristiwa. Contoh hasil renungan yang menghasilkan pengetahuan yaitu Newton dengan gaya gravitasinya.

Keindahan adalah suatu susunan keserasian yang dapat menciptakan kesenangan bagi penglihatan dan pendengaran. Kehalusan merupakan sikap yang lembut dalam menghadapi orang lain. Lembut dalam mengucapkan kata-kata, lembut dalam sikap anggota badan. Sikap halus dan lembut merupakan cermin hati yang tulus serta cinta kasih terhadap sesama.


KEGELISAHAAN

Berbicara tentang manusia, berarti berbicara pula tentang media tempat manusia hidup. Media tempat manusia hidup adalah dunia. Untuk bisa memahami hakikat manusia maka harus pula memahami hakikat dunia dan hakikat kehidupan manusia di dunia.

Konsep yang dapat digunakan untuk memahami hal itu adalah konsep kosmologi, yaitu bagaimana manusia harus mengembangkan sikap hidupnya sehubungan dengan kedudukannya sebagai mikrokosmos.

Konsep yang lainnya adalah konsepmendiami duniasebagaimana yang dikemukakan oleh Huijbers.

Pada dasarnya konsep mendiami dunia mengandung arti pemenuhan kebutuhan atas aspek-aspek yang membentuk manusia.

Kesadaran manusia akan hakikatnya sebagai bagian dari kosmologi dan perannya sebagai mahluk yang ‘mendiami duniamaka lahirlah beberapa konsep yang dipakainya sebagai dasar manusia hidup.

Konsep-konsep tersebut adalah hidup sekedarnya, takdir, dan cakra manggilingan.

Apabila manusia tidak bisa menjaga hakikat dirinya dan hakikat hidupnya maka yang timbul adalah kegelisahan. Sumber dari kegelisahan adalah hawa nafsu dan sikap pamrih (tidak ikhlas).

Kedua hal ini akan menyebabkan munculnya sikap keserakahan dan konflik. Keserakahan dan konflik akan memunculkan ketakutan, kekecewaan, dan pada akhirnya adalah kegelisahan


PENDERITAAN

Terdapat berbagai alasan yang dapat mengakibatkan penderitaan, yaitu alasan fisik dan alasan moral.

Di samping itu penderitaan sebenarnya merupakan kelanjutan dari kegelisahan, artinya kegelisahan yang tidak bisa dikendalikan akan mengakibatkan penderitaan.

Selain kegelisahan, penderitaan juga disebabkan karena kekecewaan, yaitu apa yang diharapkan ternyata tidak diperoleh. Jadi penderitaan juga berhubungan dengan pamrih. Penderitaan juga berhubungan dengan ketakutan. Orang yang selalu merasa takut akan hidup menderita. Penderitaan yang menimpa hidup manusia banyak berhubungan dengandaya hidup’ yang menjelma menjadi hawa nafsu.

Terdapat berbagai daya hidup yaitu daya hidup raewani, nabati, haewani, jasmani, rohani, rohmani, dan robbani. Daya hidup ini akan berpengaruh terhadap tingkat kesempurnaan hidup manusia yaitu tingkat An Nafs al Ammarah, al Lawwamah, al Mulhima, al Qana’ah, al Mutmainnah, al Radiyah, dan al Kamilah. Untuk bisa menuju kesempurnaan hidup di mana hidup sudah tidak mengenal lagi kegelisahan dan penderitaan maka orang harus melakukan olah batin. Olah batin tersebut adalah dalam rangka menghilangkan nafsu dan pamrih. Terdapat olah batin yang harus diikuti supaya kesempurnaan jiwa dapat dicapai, yaitu mengembangkan sikap selalu instrospeksi, sabar, nrimo, dan ikhlas.

Sumber Buku Ilmu Budaya Dasar Karya Yulia Budiwati dkk